Monday, June 13, 2005

Erika Cantik Makan Jangkrik dan Sitkom Kita

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner@yahoo.com




BIZZARE DARI BUSSSEEET ! Erika Michiko nampak asyik menikmati gorengan jangkrik. Reporter program Bussseeet itu sedang menjadi cameo, aktris selintasan atau figuran, untuk program televisi yang ikut ia bidani, diproduksi Shandika Widya Cinema yang rutin ditayangkan di TV7.

Mungkin Erika sedang men-tes nyalinya sendiri, walau tantangannya tentu tidak seganas, misalnya ujian makan serangga yang masih hidup dari tayangan program televisi dari luar negeri, Fear Factor, misalnya.

Tayangan Bussseeet memang menyajikan profil orang-orang aneh sampai peristiwa aneh. Sampai-sampai reporternya pun rupanya ikut ketularan berperilaku aneh. Saya juga pernah ikut aneh-anehan pula di tayangan tersebut. Sebagai seorang epistoholik atau orang yang keranjingan menulis surat-surat pembaca di media massa sejak tahun 1973, profil saya pernah tampil juga di Bussseeet, 20 Maret 2005 dan diulang lagi 18 Mei 2005.

Teman saya, Hendi Sumantono, asal Cimahi, pemegang rekor MURI karena kepiawaiannya memainkan mulutnya hingga mengeluarkan bunyi menyerupai suara saksofon, oboe dan trombon, juga pernah tampil.

Pak Tom Hari, warga hyper-kreatif dari Solo yang di tahun 2000 saat memperoleh MURI-nya berbarengan dengan saya, sampai Ilham Prayudi, siswa SMA Negeri 101 Jakarta, yang kolektor masthead atau kepala surat kabar, dan dirinya pada bulan November 2004 berbarengan dengan saya sebagai pemenang Mandom Resolution Award 2004, adalah pula insan-insan aneh yang pernah tampil ber-Bussseeet-ria. Tetapi kami bertiga masih termasuk insan Bussseeet yang normal.


Di tayangan yang satu paket dengan saya, ada seorang anak usia SD yang memiliki kelainan : suka menyusu pada seekor sapi. Umpama ia kembar, asal Italia, lalu menyusu pada serigala, pastilah keduanya tercatat sebagai pendiri kota Roma. Dalam tayangan Bussseeet lainnya, mudah ditemui adegan orang makan paku, menjilati besi panas, mampu melengkungkan besi beton dengan jakun sampai orang mampu menarik mobil dengan kedua telinganya.


KEGANJILAN DI SITKOM KITA. Hal-hal yang bizzare, aneh dan ganjil, rupanya bukan monopoli menu tayangan Bussseeet semata. Kalau Anda rada jeli menonton sinetron, sitkom sampai program-program di televisi kita yang dimaksudkan untuk mengundang tawa, maka tokoh-tokoh ganjil atau aneh itulah yang segera muncul merajalela di layar-layar televisi kita.

Untuk berambisi memancing tawa didatangkan gerombolan hantu, jin dan tuyul beragam ukuran, juga pemuda idiot, perempuan bergelimang lemak, sosok bogel disandingkan wanita jelita, bule mengasong rokok, menimba sumur atau kejeblos amben, atau dikotomi tindak-tanduk orang desa vs orang kota yang kentara banget dibuat-buat, artifisial.

Elbert Hubbard (1859–1915), penulis Amerika, pernah bilang bahwa pikiran picik hanya tertarik pada hal-hal yang luar biasa. Sementara pikiran cerdas tertarik pada hal-hal biasa. Anak sapi berkepala dua dan wanita-wanita berjanggut merupakan bahan untuk karnaval dan isi tabloid yang dipajang di supermarket. Memang tidak ada salahnya tertarik pada yang luar biasa.

Tetapi yang luar biasa-luar biasa itu, anehnya tidak bertahan lama. Yang bilang adalah Susan Shaughnessy dalam Walking on Alligators : A Book of Meditations for Writers (1993). Kata Susan, sebentar saja hal luar biasa itu sudah membosankan dan kehilangan daya tariknya.

Hal yang biasa menarik minat kita lebih lama. Kehidupan sehari-hari yang biasa, yang kita tahu benar-benar terjadi, merupakan bahan tulisan (atau liputan) yang lebih menarik yang tidak akan membuat kita bosan. Anak-anak pembangkang, kekasih yang dikecewakan, niat terbaik, harapan dan kekecewaan – hal-hal inilah yang diketahui dan dipedulikan pembaca/pemirsa.


Sekadar contoh untuk tayangan sitkom yang berhasil, lihatlah tayangan The Cosby Show. Ia tidak punya pabrik mobil, pabrik baja, atau pula pabrik komputer. Tetapi karena sinetron komedinya penuh canda dan tawa mampu menyedot jutaan penonton, maka ia pun terangkat menjadi milyarder. Penghasilannya 180 juta dollar di tahun 1992. Itulah sosok Bill Cosby dalam The Cosby Show.

Apa rahasia sukses sinetron komedinya ? Dikukuhinya rumus universal komedi bahwa humor terbaik harus berlandaskan premis kebenaran dan harus relevan . Dalam sitkom tersebut yang tampil adalah sosok-sosok yang kita semua dapat menemukan kaitan dan relevansi. Kita lihat Huxtable, istri, anak-anaknya, kakek, nenek dan lingkaran pergaulannya, semua sosok-sosok yang realistis.

Obrolan mereka semua terkait dengan hidup orang banyak, sehari-hari. Semua keluarga melihat tayangan The Cosby Show ibarat berdiri di depan cermin dan melihat masing-masing anggota keluarga mendapatkan peran di sana.


ANDA INGIN MENJADI PELAWAK ? Lupakanlah keinginan merencanakan pentas lawakan dengan kostum model badut-badutan. Lupakanlah jin, tuyul atau gendruwo sekali pun. Tetapi berlayarlah ke dalam jiwa diri Anda, untuk mengorek kekecewaan-kekecewaan besar yang pernah terjadi dalam hidup Anda. Tulislah dan ceritakanlah.

Nora Ephron, penulis yang menghasilkan film komedi-romantis terkenal seperti Sleepless in Seattle sampai You’ve Got Mail pernah bilang, “tragedi-tragedi dalam hidup hari ini bisa menjadi cerita lucu di hari yang lain”.



Wonogiri, 11 Juni 2005



1 comment:

  1. BH : “tragedi-tragedi dalam hidup hari ini bisa menjadi cerita lucu di hari yang lain”

    Meminjam kata-kata yang di ucapkan Nicholas Negroponte di bukunya yang berjudul "Being Digital", "Perubahan kecil hari ini bisa menjadi perubahan besar dimasa depan."

    Keep it up...
    Cheers, Rosgani

    ReplyDelete