Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com
Partai Demokrat memberi kejutan.
Kekalahan mencolok Andi Mallarangeng dalam pemilihan ketua umum Partai Demokrat, langsung mengguncang industri komunikasi dan media.
Yang paling terpukul pertama kali adalah sirkuit industri komedi di Indonesia.
Begitu mendengar Andi Mallarangeng tersingkir pada putaran pertama, yang hanya berhasil mengantungi suara 16 persen, sontak organisasi Akposi (Asosiasi Komedian Politik Seluruh Indonesia) mengadakan ritual tuguran.
Para anggotanya dengan pakaian hitam-hitam langsung berhimpun, menyalakan ribuan lilin, dan mereka berbaris dengan muka muram memutari tugu Monas sampai pagi dalam keheningan. Bahkan mereka akan merencanakan melakukan long march serupa, Jakarta-Makassar pulang-pergi.
"Kekalahan Andi, yang digadang-gadang banyak orang untuk bisa maju sebagai kandidat presiden 2014, merupakan pukulan berat bagi kami. Komedian politik Indonesia benar-benar kehilangan salah satu target terbaiknya untuk dijadikan sebagai sumber lawakan. Untuk kualitas yang satu ini, Andi jelas lebih menarik dibanding Anas Urbaningrum yang tampil santun," ujar Herman "Joker" Hermawan, aktivis Akposi.
"Gara-gara Andi kalah, komedian politik Indonesia benar-benar menuju kebangkrutan yang serius. Kondisinya melebihi pengaruh resesi global 1930, 1997 dan 2007 di gabung sekaligus menjadi satu," imbuh Sofia Tegurasakya, sekretaris jenderal Akposi. Keduanya secara terpisah dihubungi melalui email oleh reporter Fake News Komedikus Erektus, beberapa hari yang lalu.
Rusaknya reputasi. "Kami juga tak kalah kuatir," timpal Dicky Amordani, ketua Indonesia Spin Doctors Association (ISDA), lembaga yang mewadahi kiprah konsultan politik di Indonesia.
"Kekalahan Andi benar-benar merusak reputasi bisnis kami. Dan multiplier effect-nya sangat serius. Angka pengangguran nasional akan meroket lagi," lanjut Dicky Amordani.
Ia lalu merinci betapa para pemikir komunikasi politik, tenaga survei, ahli statistik, penulis naskah, desainer logo, desainer grafis, pelaku industri percetakan digital, wartawan-wartawan humas, tukang pasang spanduk sampai pelaku cheer leader dan demo bayaran, semuanya akan terancam kehilangan pekerjaan.
Salah satu solusi untuk terhindar dari bencana itu, menurutnya, konsultan politik FoxIndonesia yang menjadi mesin kampanye Andi Mallarangeng, yang dikelola dirinya bersaudara itu harus segera berganti nama. Menjadi : Lame FoxIndonesia.
Malah lebih baik, usulnya, mereka harus kembali menata model bisnisnya secara radikal. Misalnya berubah menjadi jasa penyedia sembako untuk menunjang sukses kandidat apa pun ketika terjun berkampanye dalam pemilihan apa pun.
"Back to basic ! Sebab itulah yang diharapkan oleh sebagian besar rakyat Indonesia sejak era reformasi bergulir," tegas Dicky Amordani. Ia sendiri menyatakan niatnya segera lengser sebagai konsultan politik dan berganti profesi sebagai pemasok sembako.
Efek domino dikuatirkan berlanjut. "Iklan-iklan politik di media massa juga akan anjlok. Omsetnya diperkirakan hanya mampu mencapai 2 persen setelah kekalahan Andi itu," kata Leo S. Moronagua, pengamat bisnis media.
"Setelah kehadiran Internet, kekalahan Andi jelas semakin membuat rapuh eksistensi bisnis media-media utama yang mengandalkan iklan. Karena ia yakini, kaum politisi akan hanya tertarik memasang iklan bila ada politisi lain meninggal dunia. Itu pun bila yang meninggal dunia adalah para politisi saingan mereka. Itu pun hanya berupa iklan baris, iklan berita gembira yang ditulis dengan gaya alay pula. Benar-benar menyiutkan hati !"
Industri buku-buku otobiografi ikut pula dibekap meriang berat. Partai Demokrat adalah partai yang intensif menerbitkan buku untuk menunjang sukses kampanye revolusi sunyi mereka.
"Begitu menjabat sebagai tangan kanan presiden SBY selama enam tahun terakhir, kami mengharap sosok Andi Mallarangeng akan banyak menulis buku sehingga mampu menghidupkan roda industri kami," kata Rina Publikatadewata dari White Lies Publication, penerbit khusus otobiografi para tokoh politik.
"Kini, kami kuatirkan, tak ada lagi politisi yang mau menulis buku untuk kampanye politik mereka. Hal itu memang baik untuk mengurangi polusi informasi-informasi yang penuh puji-pujian palsu dan juga klaim-klaim yang sarat kebohongan. Tetapi itu jelas jelek banget bagi bisnis kami," keluh Rina dengan lesu.
Seperti diketahui, menjelang konggres Partai Demokrat ia meluncurkan buku berjudul Merebut Masa Depan (2010). Sebelumnya, ketika menjabat sebagai Juru Bicara Kepresidenan, Andi Mallarangeng telah menulis buku Dari Kilometer 0,0 (2007).
Orangtua dari Kenya. "Kegagalan Andi, antara lain karena ia tidak meneladani jejak hidup Obama," sahut Julius Sendangkalimat, penulis biografi terkenal. Ia membicarakan kegagalan Andi sambil merujuk isi biodata dalam buku-buku yang ditulis pemilik gelar Master of Science di bidang sosiologi dan Doctor of Philosophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat itu.
"Seharusnya ada sedikit modifikasi dalam penulisan riwayat hidup Andi Mallarangeng. Sebaiknya ia mengaku memiliki orang tua yang berasal dari Kenya, lalu besar di Amerika Serikat, dan kemudian berjuang untuk berusaha menjadi presiden Republik Indonesia !"
Nasi memang sudah menjadi bubur.
Tetapi toh masih ada kabar baik. Menurut desas-desus, setelah kalah merebut kursi nomor satu Partai Demokrat, Andi Mallarangeng akan kembali menulis buku. Sambutan hangat pun segera terdengar. "Kalau isu buku itu benar, kami pantas tidak pesimis lagi terhadap masa depan profesi kami," tegas Herman "Joker" Hermawan, aktivis Asosiasi Komedian Politik Seluruh Indonesia (Akposi) dengan wajah berbinar.
"Karena kami akan merasa memiliki teman seiring dalam menghumori diri sendiri, berani menertawakan kekurangan diri sendiri atau self-deprecating, suatu kualitas kemanusiaan luhur yang nyaris hilang pada diri para penguasa dan bangsa Indonesia setelah Gus Dur meninggal dunia."
"Gesture yang langka itu pasti akan menjadi ilham untuk memperkuat tekad kami dalam membesarkan profesi langka ini di Indonesia di masa-masa mendatang. Syukur-syukur bila dengan gelar doktornya Bung Andi itu mampu mengajari kami untuk membuat lawakan-lawakan tingkat tinggi. Utamanya untuk menghumori sasaran tembak yang sulit bagi kami selama ini. Yaitu Presiden SBY, dan Anas Urbaningrum nantinya."
Buku yang dihebohkan kalangan komedian politik itu diperkirakan berjudul : Merebut Masa Depan Yang Gagal Kesampaian dan Kembali Ke Kilometer 0,0 Lagi.
Wonogiri, 27 Mei 2010
ke
Thursday, May 27, 2010
Andi Kalah,Komedian Demo, Koran Terancam Bangkrut
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment