Thursday, July 02, 2009

Pilpres 2009 : The Good, The Bad and The Ugly

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com



Politik goblog dan degil. Anda kenal nama Jimmy Wales ? Tidak ? Saya maklum. Tetapi Anda mengenal Wikipedia ?

Jimmy Wales adalah penemu ensiklopedia dunia maya, Wikipedia tersebut. “Saya bukan orang yang cakap dan orang yang mampu menjelaskan mengapa Wikipedia itu berhasil. Para kontributor Wikipedia itulah yang mengetahui,” katanya kepada Ethan Zuckerman dengan rendah hati.

Jimmy Wales kemudian melontarkan gagasan revolusioner berikutnya. Ia berambisi memperbaiki kehidupan politik. Kembali, memakai metode wiki juga. Mungkin ide ini ide edan, tetapi Ethan Zuckerman berpendapat bahwa Jimmy Wales telah jitu dalam membidik problem utama dalam perpolitikan selama ini, yaitu tentang bagaimana warganegara memperoleh informasi mengenai beragam isu dan tentang para kandidat.


“Media broadcast (selama ini) membawa kita ke politik broadcast. Secara gampangan dan terus terang tentangnya, baik itu kubu kanan atau kiri, kubu konservatif atau liberal, politik broadcast itu dungu, goblog dan degil Broadcast politics are dumb,dumb, dumb !,” tegas Jimmy Wales. [Untuk info lebih lanjut tentang isu krusial ini silakan klik disini].


Menjaga harmoni. Saya tidak tahu apa juga demikian pendapatnya tentang lima seri debat capres-cawapres di Indonesia di Pilpres 2009 ini. Tetapi yang paling banyak menyeruak adalah keluhan betapa audiens tidak memperoleh pembeda yang jelas dan tajam dari pembeberan visi-misi antara satu kandidat dengan kandidat lainnya.

Rekan-rekan sesama bangsa Indonesia, itulah Indonesia kita. Simak analisis Freek Colombijn, antropolog lulusan Leiden, mantan pemain Harlemsche Football Club Belanda, yang menarik ketika mengungkap jati diri bangsa kita, walau dalam hal ini terkait dengan sepakbola.

Dalam artikel berjudul "View from the Periphery : Football in Indonesia" dalam buku Garry Armstrong dan Richard Giulianotti (ed.), Football Cultures and Identities (1999), ia memakai pisau bedah dari perspektif budaya dan politik untuk menggarisbawahi keterpurukan prestasi sepakbola Indonesia sebagai akibat masih meruyaknya budaya kekerasan dan belum kokohnya budaya demokrasi di negeri ini.

Ditilik dari kajian budaya, Indonesia kuat dipengaruhi budaya suku mayoritas, Jawa. Budaya Jawa memiliki pandangan ketat mengenai pentingnya keselarasan. Perasaan yang terinternalisasi secara mendalam dalam jiwa orang Jawa adalah kepekaan untuk tidak dipermalukan di muka umum. Perasaan demikian memupuk konformitas, pengendalian tingkah laku dan menjaga ketat harmoni sosial. Konflik yang terjadi diredam sekuat tenaga.

Reaksi normal setiap orang Jawa dalam menanggapi konflik adalah penghindaran, wegah rame, dan mediasi oleh fihak ketiga. Apabila meletus konflik, terutama ketika saling ejek dan saling hina terjadi, maka yang muncul adalah perasaan malu dan kehilangan muka. Para kandidat itu rupanya tidak tega untuk sampai ke tahap konflik semacam ini. Sehingga tak ayal kepala berita di media massa nasional tentang peristiwa di televisi itu sebagai “debat tanpa perdebatan.”

Film koboi. Rekan-rekan bangsa Indonesia, ijinkanlah saya membantu. Kalau Anda belum mampu menjatuhkan pilihan untuk kandidat yang tertentu, ikutilah akal sehat atau naluri dasar Anda.

Untuk calon wakil presiden, simak rekam jejak mereka terkait dengan hak asasi manusia di Indonesia. Kemudian pilihlah mereka sesuai judul film koboi Clint Eastwood yang terkenal itu : the good, the bad, and the ugly.

Untuk calon presiden, Anda bebas memilih : apakah kandidat yang lelaki, atau yang perempuan, atau yang banci !


Pilpres satu putaran. Untuk menghemat biaya, juga agar pemerintahan yang terpilih segera bekerja, kubu SBY-Boediono gencar mengembuskan wacana agar Pilpres 2009 dapat berlangsung dalam satu putaran. “Apakah kampanye semacam itu mencerminkan sikap seseorang yang menjunjung tinggi demokrasi ?,” demikian serang kubu Jusuf Kalla-Wiranto. Siapa yang benar ?

Sesudah tangggal 8 Juli 2009 kita baru akan memperoleh bukti. Tetapi merasa memperoleh inspirasi yang kuat dari apa yang terjadi di Iran, kubu incumbent terus menggencarkan isu pilpres satu putaran. Bahkan seperti ujar komedian David Letterman bahwa Mahmoud Ahmadinejad telah mengaku menang besar dengan perolehan suara hingga 148 persen, kubu SBY-Boediono juga berkeyakinan serupa.

Kunci untuk meraih sukses spektakuler itu dengan memacu keras kinerja partai koalisi sayap kanannya, yaitu PKS. Apalagi sebelumnya ucapan salah satu pimpinan PKS yang mempersoalkan istri capres-cawapres yang mereka dukung tidak mengenakan jilbab, dianggap melemahkan kinerja mesin politik partai yang gemar tampil mengusung warna putih-putih itu. Kini dukungan dari PKS harus dimaksimalkan.

Tim sukses SBY-Boediono yang terkenal dengan aksi silent revolution itu segera bergerak diam-diam. Mereka embuskan isu ke seluruh jajaran anggota partai PKS, bahwa agar warga PKS sepenuh hati mendukung sukses pilpres satu putaran untuk kemenangan SBY-Boediono, dikabarkan SBY telah mengganti namanya dengan SBYA. Susilo Bambang Yudhoyono Ahmadinejad.


Inspirasi Michael Jackson. Apakah penyanyi legendaris MJ yang konon berganti nama menjadi Mikhail itu akan dimakamkan secara Islam ? Di Neverland ? Apakah hal itu juga tertulis dalam surat wasiatnya, selain ia menyebut-nyebut nama penyanyi Diana Ross yang ia pilih untuk membesarkan ketiga anaknya bila ibunya tidak sanggup mengasuhnya ?

Bila Anda penasaran, ikutilah terus program Larry King Live di CNN. Termasuk berita mengenai tiga album lagu-lagu lama MJ yang melonjak, dan kini menempati peringkat teratas. Album-album itu menggusur album Black Eyed Peas yang semula nangkring di tangga Billboard yang pertama.

MJ memang fenomenal. Kemasyhurannya yang meroket bahkan ketika ia meninggal dunia telah menjadi inspirasi kubu JK-Wiranto dalam menggebrak kampanye mereka di tahap akhir ini. Wiranto yang pandai menyanyi nampak menggembleng keras agar JK segera pula pintar menyanyi. Mereka berencana mengeluarkan album yang akan diputar selama minggu tenang nanti.

Judul albumnya :”Relakan MJ Pergi.Sambut Kini MJK Sebagai Pengganti.”


SBY Presidenkuuuuu.. “Lagu-lagu pop manis, sweet song, sesuai dengan gaya politik Partai Demokrat,” demikian kata SBY di depan pendukungnya di tahun 2007 ketika berkonsolidasi menuju Pilpres 2009.

Itulah sekelumit catatan wartawan Kompas, Wisnu Nugroho, yang sejak lama mengikuti aktivitas sehari-hari presiden SBS dalam blognya. Lanjutnya, bahwa “gaya politik pak BY dan demokrat adalah gaya politik yang manis seperti lagu-lagu pop manis kegemaran Pak BY..Karena itu, jarang mendapati pernyataan-pernyataan bersifat menyerang atau provokatif dari pak BY atau Partai Demokrat kepada lawan politik atau kompetitornya.”

Terima kasih, Mas Inu. Berdasar rujukan itu, apakah lagu “manis” yang aslinya merupakan jingle iklan mi instan dan lalu dipakai untuk kampanye di televisi itu, sebenarnya merupakan ide dan pilihan SBY pribadi ? Anda silakan menebak.

Tetapi menurut Kompas, penggagas ide lagu mi instan itu adalah Choel Mallarangeng. Ia yang termuda di antara tiga sosok Mallarangeng yang pimpinan FoxIndonesia, biro jasa penanggung jawab kampanye kubu SBY-Boediono.

Iklan itu konon berdampak luar biasa. Presiden Obama dikabarkan meminta bantuan FoxIndonesia untuk mengarang lagu guna kampanyenya pada tahun 2013 mendatang. Presiden Iran yang baru-baru ini terpilih kembali secara kontroversial, Mahmoud Ahmadinejad, merencanakan juga meminta lagu darinya untuk senjata memenangkan pilpresnya yang ketiga.

Konon kubu Choel Mallarangeng segera bergerak cepat. Ia dikabarkan segera memperoleh lisensi dari Sony Corporation untuk menggunakan lagunya Michael Jackson. Isi lirik lagu itu akan digunakan sebagai ilham bagi polisi dan anggota milisi garda revolusi dalam membubarkan aksi kubu reformis yang berunjuk rasa :

But my friend, you have seen nothin'
just wait 'til I get through...

Because I'm bad, I'm bad, come on
You know I'm bad, I'm bad, you know it
You know I'm bad, I'm bad, come on, you know

Sementara itu kalangan lobi bisnis gandum internasional, International Wheat Flour Consortium (IWC) yang berbasis di Brussel, menganugerahi bintang tertinggi kepadanya. Dalam situs webnya tertulis pernyataan :

“Sesuai keluhuran dari asas-asas ekonomi neoliberal, ia kami anggap telah berjasa memasukkan ide-ide baru sampai gaya hidup baru bagi ratusan juta penduduk Indonesia pada momen yang sangat menentukan, agar mereka semakin akrab dengan diversifikasi produk-produk gandum yang terbuka untuk diolah dan disajikan secara kreatif dan bergengsi, yang oleh karenanya dengan pelahan tetapi pasti mendorong warga meninggalkan konsumsi beras, sagu, jagung dan umbi-umbian, sehingga semakin meningkatkan homogenitas sumber makanan tunggal di masa depan bagi bangsa Indonesia yang pada akhirnya membuka peluang lebih prospektif bagi bisnis kami di masa depan.”

Badan internasional lain juga memberi penghargaan serupa. Misalnya Brakot Burgers Brotherhood International (BBBI), World’s Chicken Noodle Enthusiasts (WCNE), White Wheat Wagon (WWW), Italiano Spaghetti Clandestino (ISC) sampai Malaysian’s Mihon Maniacs (MMC).

Night at the Museum. Bagaimana aksi kubu Mega-Prabowo ? Dikabarkan mereka akan meluncurkan dua film untuk menyukseskan kampanyenya. Film pertama adalah cerita klasik yang menjadi film seri di televisi tahun 1987, Beauty and The Beast. Si Cantik dan Si Buruk Rupa. Si Jelita dan Si Buasas.

Kisah yang juga konon menjadi ilham bagi buku terkenal Women Who Love Too Much (1985, foto di atas) karya Robin Norwood itu berisikan angan-angan utopis seorang perempuan yang bersenjatakan cinta, juga penderitaan, yakin dirinya mampu mengubah perangai buruk pria yang ia cintai untuk menjadi pria berkepribadian lebih baik.

Film kedua yang direncanakan diproduksi oleh kubu Mega-Prabowo adalah Night at the Museum III. Seri pertama dan kedua film ini dibintangi Ben Stiller diproduksi tahun 2006 dan 2009. Film campuran komedi dan fiksi-ilmiah ini menceritakan tentang seorang duda, yang pengangguran, dengan satu anak lelaki yang tidak begitu menaruh hormat kepadanya, terjun dalam petualangan yang mendebarkan.

Ia menerima pekerjaan tidak bergengsi, sebagai penjaga malam suatu museum. Keajaiban terjadi, ketika isi museum itu menjadi hidup di malam hari. Ada singa berkeliaran, ulah kera julig, Tyranosaurus Rex yang mengajaknya main-main, sampai boneka tokoh koboi kuno Jedediah yang berantem melawan boneka panglima tentara Romawi, Octavus.

Mengulang alur cerita di seri pertama, tokoh penjaga malam itu akhirnya mampu mengatasi masalah berkat nasehat dari boneka lilin yang hidup, yaitu tokoh presiden AS ke 26, Theodore Roosevelt (1858–1919). Dalam Night at the Museum III, tokoh presiden yang kembali hidup, tentu saja, adalah Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Juga mereka yang hilang akibat diculik atau terbunuh menjelang meletusnya reformasi tahun 1998, semuanya, sungguh ajaib, bisa hidup kembali. Almarhum Hery Hartanto, Elang Mulyana, Hafidin Royan dan Hendriawan Lesmana yang terenggut nyawanya di Universitas Trisakti, juga mahasiswa lainya di insiden Semanggi I-II, semuanya hidup kembali.

Tokoh-tokoh masa lalu itu, yang sebelumnya dalam beberapa hal berseberangan atau berseteru, kini menjadi rukun. Mereka semuanya bersatu-padu, bahu-membahu, bekerja sama berusaha memenangkan kandidat Megawati-Prabowo dalam Pilpres 2009.

Orang-orang presiden. Kubu SBY-Boediono tak mau kalah dalam menggunakan film sebagai kampanyenya. Mereka telah memperoleh ijin kontrak untuk membuat sekuel film yang melambungkan nama dua wartawan dari The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein, All the President's Men (1976).

Kalau dalam versi aslinya dikisahkan kedua wartawan itu berhasil mengungkap aksi rahasia kubu Partai Republik yang menyadap gedung Watergate yang pusat aktivitas Partai Demokrat AS saat itu, cerita film versi kubu SBY-Boediono itu lebih seru. Intinya terpusat kepada gerak-gerik aktivitas tiga pembantu setianya, yaitu Andi Mallarangeng, Rizal Mallarangeng dan Choel Mallarangeng.

Termasuk berita heboh terakhir tentang mereka, bahwa di Makassar muncul demo besar yang mencekal Mallarangeng Bersaudara. Andi Mallarangeng dituding mengucapkan kalimat bermuatan SARA yang dinilai merendahkan sukunya sendiri. Dirinya dilarang menginjakkan kaki di tanah kelahiran ayah-ibunya, di Makassar, sebelum meminta maaf kepada masyarakat yang didominasi warga Bugis itu atas ucapan yang dilontarkan Andi sebelumnya.

Konon akhir film ini menunjukkan Mallarangeng Bersaudara minta suaka. Ada tiga alternatif. Ke Grobogan, Purwodadi, tempat almarhum ayahnya pernah menjabat sebagai bupati. Ke Yogya tempat Andi dan Rizal berkuliah sekaligus memperoleh istri. Atau alternatif ketiga : di kota bossnya berasal.

Pacitan.


Wonogiri, 3/7/2009

ke

No comments:

Post a Comment