Monday, January 23, 2012

Hantu Mabuk Sabu Mengamuk Di Hari Minggu

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


Tanggal 22 diusulkan sebagai Hari Pejalan Kaki.

Yang mengusulkan arsitek dan ahli tata kota Marco Kusumawijaya, terkait terjadinya kecelakaan maut di Jl. Ridwan Rais di Gambir, Jakarta.

Lokasi tepatnya di depan kantor Kementerian Perdagangan dan Ekonomi Kreatif. Pada hari Minggu pagi yang cerah pukul 11.00, tanggal 22 Januari 2012.

Sebagai hobiis jalan kaki, usulan Mas Marco itu ikut saya dukung.Tanggal itu dapat dijadikan sebagai pengingat.

Bukan hanya tentang pentingnya perlindungan atas hak-hak demokratis para pejalan kaki dan pengendara sepeda di ruang publik (baca bukunya Ivan Illich, Energy & Equity,1973), tetapi juga untuk membangun kesadaran betapa jalan raya (kita masih) merupakan tempat yang berbahaya.

Kematian sia-sia di jalanan. Kesadaran ini bukan sikap paranoid, melainkan pilihan yang rasional. Data dari WHO tahun 2000 menyebutkan seluruh dunia tercatat 1,26 juta jiwa melayang akibat kecelakaan di jalan raya. Di Indonesia tercatat 16,2 kecelakaan tiap 100.000 penduduk dan 210,4 kecelakaan tiap 100.000 kepemilikan kendaraan bermotor.

Angka itu di AS 12,3 dan 15 ; Malaysia,24,1 dan 36,5 ; Thailand, 19,6 dan 118,8 dan Singapura, 4,8 dan 30,4. Data selengkapnya bisa Anda klik disini.

Data PBB menunjukkan, bahwa lebih dari 90 persen kecelakaan lalu lintas marak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Indonesia jelas termasuk di dalamnya.

Kecelakaan maut yang dipicu oleh kecerobohan seorang Afriani Susanti di Minggu siang 22 Januari 2012 itu, memang menghebohkan. Unsur bizarre dan horor sebagai produk berita, terpenuhi. Tetapi kita sering melupakan atau merendahkan pesan dibalik berita-berita atau kabar kecelakaan yang tidak se-spektakuler tragedi di Jakarta itu.

Kita sering mendengar tentang warga kota kita, anak tetangga atau kerabat kita sendiri,yang mengalami kecelakaan, cacat atau tewas di jalan raya, sebagai hal yang terasa biasa-biasa saja. Namun bila angka-angka ini dijumlah, angka itu sangat membuat bulu kuduk mereka yang peka akan berdiri.

Jalan raya senyatanya adalah tempat yang berbahaya.Kajian menunjukkan,kecelakaan lalu lintas tersebut akan menjadi penyumbang nomor lima dari semua kematian pada tahun 2030 mendatang.

Sehingga di tahun 2005 Sidang Umum PBB menyetujui pencetusan Hari Dunia Untuk Mengenang Para Korban Kecelakaan Jalan Raya, The World Day of Remembrance for Road Traffic Victims. Diperingati pada setiap hari minggu ketiga bulan November. Hari itu juga ditujukan sebagai perwujudan rasa empati kita bagi para keluarga korban.

Resapi pesan logonya (foto atas) untuk peringatan hari itu tahun 2010 yang lalu.Pesan yang sungguh menyentuh kalbu mereka yang peka.

Kelopak bunga indah ada yang terkoyak.
Kepingannya melayang bak cucuran darah.
Dan kalimat : "Ingatlah saya."

Bukan suratan Tuhan. Memang, sebagian orang akan menilai kecelakaan di jalan raya itu sebagai takdir. Sebagai suratan Tuhan. Tetapi, sebaiknya rasa pasrah itu diimbangi dengan akal sehat.

Kecelakaan banyak terjadi karena kesalahan manusia. Kajian tahun 1983 menunjukkan angka sebesar 93 persen. Kesalahan itu, bila kita mau, akan mampu diminimalisir.

Tak ayal, merujuk tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang misalnya dipicu oleh mabuk akibat minuman keras,kaum ibu di AS misalnya, telah membentuk organisasi MADD (Mother Against Drunk Driver). Mereka ambil prakarsa untuk berusaha melindungi keluarganya menjadi pelaku atau korban sia-sia akibat kecelakaan di jalan raya.

Kita juga mampu melakukan hal mulia yang sama.

Moga-moga energi kita saat ini tidak dihabiskan untuk mem-bully, menghamburkan sumpah serapah dan melontarkan hujatan kepada pelaku kecelakaan maut di Jakarta itu. Apalagi itu dilontarkan semata sebagai wujud sikap denial, ingkar apalagi arogan, bahwa diri kita merasa tidak mungkin akan mengalami hal serupa, baik sebagai pelaku atau pun kurban.

Seyogyanya sudah saatnya kita juga mulai merintis berbuat sesuatu untuk perbaikan di masa depan.Dimulai dari kita sendiri. Maka ide mulia Mas Marco Kusumawijaya itu ikut saya dukung karenanya.

Bagaimana dengan Anda ?

Catatan : Pada tanggal 16 November 2011, saya sempat keluyuran di Jl. Ridwan Rais itu. Menjepret baliho yang menarik, yang mempromosikan pentingnya kreativitas. Baliho itu terpasang di Kantor Kementerian Perdagangan dan Ekonomi Kreatif, yang menurut berita, merupakan lokasi kecelakaan maut yang tragis di Hari Minggu, 22 Februari 2012 yang lalu.

Semoga tidak muncul dari sana kreativitas yang tidak pada tempatnya.

Misalnya sebagai tempat syuting film "Hantu Mabuk Sabu Mengamuk Di Hari Minggu" dan sejenisnya.

Semoga sembilan korban yang meninggal dunia ini kini senantiasa sejahtera disisiNya.
Semoga pula kami tidak akan melupakannya.


Wonogiri, 24/1/2012