Sunday, November 29, 2009

The SBY Way

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


Mati kelaparan. “Makanan yang cukup,” demikian tulis dramawan komedi Perancis Molliere (1622-1673), “dan bukan kata-kata indah yang membuat saya bisa terus hidup."

Molliere itu, dan kata-katanya itu, mungkin tidak dikenal oleh Muhammad Jusuf Kalla atau pun Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi sepertinya kita mampu menarik garis pembeda antara kedua pemimpin bangsa kita tersebut apabila mereka dipergoki oleh seseorang yang kelaparan.

JK, mantan wakil presieden kita yang berpendekatan lurus, praktis dan apa adanya, barangkali akan segera memberi seseorang yang kelaparan itu dengan sepiring nasi. Bagaimana pula dengan SBY ? Ia akan memberi seseorang yang lapar itu dengan kuliah panjang lebar tentang ilmu gizi.

Perbandingan di atas itu boleh jadi tidak akurat. Tetapi kalau Anda mengikuti siaran langsung televisi Senin malam 23 November 2009, saat SBY menyatakan pendapatnya terkait rekomendasi Tim 8 mengenai kasus Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto, kiranya terdapat puluhan juta warga Indonesia yang kelaparan.

Tetapi, bagaimana lagi, nampaknya kita semua harus merasa puas setelah memperoleh kuliah dari SBY mengenai ilmu gizi itu. Itulah solusi manajemen konflik a la SBY.


[Masih bersambung]


ke