Thursday, September 30, 2010

Belajar Cerdas dan Jenaka Dari Raditya Dika

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com



Indy Barends terlalu narsis.
Mitranya, Farhan, juga serupa.

Mereka berdua adalah host acara pamer cakap "Opini" pada sebuah televisi swasta. Hari Selasa (28/9/2010) sore itu acara ini menghadirkan topik tentang Twitter dengan bintang tamu Enda "Bapak Blogger Indonesia" Nasution, Raditya "Kambing Jantan" Dika, dan bintang remaja Jessica Iskandar.

Saya bukan penonton setia acara ini. Tetapi pemunculan Enda dan Radith, kiranya menarik untuk saya ikuti. Harapan yang tak kesampaian. Karena Indy dan Farhan lebih banyak berkicau tentang lelucon yang mungkin hanya mereka berdua yang tahu mengapa ocehan itu lucu.

Juga nampak serakah mendominasi obrolan. Sekaligus menunjukkan mereka tidak mengerjakan pekerjaan rumah secara pantas yang hanya membuat sisi-sisi terbaik dari Twitter, diri Enda dan Radith tidak muncul maksimal sore itu.

Mungkin saya menuntut berlebihan. Berharap hadir obrolan cerdas mengenai peran media-media sosial sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri. Utamanya bagi pribadi yang memiliki bakat komedi seperti yang dilakoni oleh Radith selama ini.

Sedikit banyak, sebenarnya saya sudah membahasnya. Walau bukan semata-mata tentang komedinya Dika. Tetapi tentang karier menulisnya. Dalam artikel berjudul "Kambing Jantan Mengamuk di STMIK SiNus Surakarta" di blog Epistoholik Indonesia No. 86/Oktober 2009, saya mencoba menjual iming-iming agar mahasiswa baru STMIK SiNus Surakarta mau memanfaatkan blog, Facebook sampai Twitter, sebagai sarana eksis dengan menuliskan segala hal yang melintas dan terjadi dalam hidup mereka.

Himbauan saya itu belakangan dikristalkan secara lebih bernas dan lebih menarik oleh konsultan karier Rene Suhardono. Ia telah menulis di halaman Klasika Kompas, 7 Agustus 2010 : 37, berjudul : "Cashing-in on Your Passion (2) : Tell Your Story & Change the World !"

Dalam perspektif Rene Suhardono itu, Raditya Dika memang telah berhasil mengubah dunia. Saya mencoba untuk mempelajarinya, dan menceritakan apa yang bisa saya mamah dari kiprah dirinya selama ini.

[Kisah akan berlanjut].