Wednesday, November 10, 2010

Obama Frenzy Melanda Indonesia !

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


Kunci sukses berpidato ada tiga.
Berlatih, berlatih dan berlatih.

Demosthenes (384 -322 SM), jago orator dan negarawan Athena, konon suka berlatih berpidato di dekat air terjun. Atau di pinggir laut, untuk beradu keras dengan suara deburan gelombang.

Ia berlatih keras mengasah vokal dengan berusaha mengalahkan suara gemuruh-gemuruh air tersebut.

Tak ayal, beribu tahun kemudian seorang maha pakar pemasaran Tom Peters mengatakan bahwa, "bila pidato Plato mampu menginspirasi, maka pidatonya Demosthenes membuat kita tergerak untuk beraksi !"

Barack Obama memang bukan Demosthenes. Tetapi menyimak gaya dan isi pidatonya di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 10 November 2010, kita seperti memperoleh setrum yang hebat.

Setelah era Soekarno, sepertinya Indonesia belum lagi memiliki politisi dengan pidato yang mampu menggerakkan isi jiwa, serta memberikan inspirasi bahwa kita mampu berbuat sesuatu untuk membuat dunia menjadi lebih baik.

Pidato Obama itu bergaung kemana-mana !
Mengembuskan badai perubahan dimana-mana pula !

Bisnis sampai artis. Pemerintahan SBY seperti memperoleh inspirasi baru dalam pencitraan kinerja mereka. Kedatangan Barack Obama dijadikan momen untuk menarik garis batas, ditandai dengan munculnya jargon SBB versus SSB : Sebelum Barack dan Sesudah Barack.

Kita bisa lihat nanti perbedaan itu dalam gaya pidato SBY di era Sesudah Barack ini. Juga gaya berpidatonya tokoh Nasional Demokrat, Surya Paloh, yang seolah memperoleh durasi semaunya di saluran MetroTV.

Perusahaan jasa pengangkutan bus yang biasa menyingkat jenis usahanya dari PO, perusahaan otobus, kini berubah menjadi BO. Bisnis otobus.

Bank BCA mengumumkan nama barunya : Baracbank Central Asia.

Kota Bogor menjadi : Bogorobama !

Model bisnis yang hampir mirip dengan franchise yang bisa dikenal sebagai BO, business opportunity, sekarang menjadi : barack opportunity.

Danau di Sumatera Barat, Singkarak, berganti nama menjadi : Singbarak.

Pembawa acara yang ceriwis di televisi mengubah namanya menjadi : Indy Barackends.

Bahan bakar fosil yang masih melimpah di Indonesia, batu bara, sontak kini semakin dihargai di pasar dunia setelah berubah sebutannya menjadi : batu barack.

Kantor catatan sipil juga diserbu ratusan ribu warga Tapanuli yang ingin mengubah nama marganya yang lama menjadi Batubarack.

Restoran dan pusat hiburan di Jl. Blora, Jakarta Pusat, sepakat mengganti nama jalan tempat mereka berbisnis selama ini menjadi Jl. Blorack Obama. Termasuk nama masakan satenya, menjadi Sate Blorack.

Kata-kata yang diungkapkan Obama di UI itu segera menjadi trending topic di Twitter. Yaitu kata "bakso," "sate" dan "enak." Kontan saja para selebritis, politikus dan pedagang segera menyabet momen itu untuk mendongkrak popularitas dirinya.

Nama SBY di kalangan asosiasi pedagang sate dan bakso memiliki makna baru : Sate Bakso Yahud. Penyanyi cantik asal Malaysia segera mengeluarkan album dengan nama baru : Sate Nurhaliza. Berduet dengan Sate KD.

Mantan ketua umum PAN yang konon sedang merintis berdirinya partai baru, diperkirakan akan meluncurkan nama barunya yang lebih berkarisma : Sutrisno Barachir.

Disusul ketua umum Partai Golkar : Aburizal Barackie !

Di luar heboh di atas, Barack Obama berkunjung ke Indonesia sebenarnya lebih dari 18 jam dan tidak seperti yang resmi diberitahukan. Sebab beberapa hari sebelumnya dirinya telah tertangkap kamera dengan mengenakan wig dan berkacamata, sedang nampak asyik menonton turnamen tenis internasional di Bali.

Ketika dikonfirmasi wartawan, Obama keras menyangkal : "Saya suka main basket, bukan tenis. Saya juga suka makan nasi goreng, sate, bakso, emping dan krupuk, tetapi masakan enak itu tidak disajikan di turnamen tenis itu. Karenanya, pasti saya tidak ada di sana !"

Kehebohan belum usai.

Surat kabar negara bagian AS tempat Barack Obama dilahirkan,  The Hawaii Inquirer, mewartakan bahwa ada sosok pria  mirip Gayus Tambunan sedang berselancar di pantai Oahu, Hawaii.


Wonogiri, 11 November 2010