Tuesday, September 05, 2006

Komedi Banal Indonesia

Budayawan senior Prof. Dr. Sudjoko ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Jl. Golf Barat XX No. 7 Arcamanik Kota Bandung, Jumat (25/8) pukul 17.30 WIB. Diperkirakan budayawan yang terkenal dengan wawasan dan minatnya yang luas ini, meninggal sejak tiga hari sebelumnya.

Sebagai pemerhati dunia komedi, saya teringat kritik beliau tentang karut-marut dunia komedi Indonesia yang menyedihkan. Pendapatnya ia tulis dalam mengantar buku karya Arwah Setiawan, Humor Jaman Edan (Jakarta : Grasindo, 1977).

Menurut beliau, dunia komedi Indonesia itu keblinger. Karena kita selalu mencari pelawak dulu, atau artis-artis dulu yang mengaku gampang melucu, sebab toh sama saja dengan celoteh sehari-hari. Modus acara reality show model API (TPI) dan dulu Meteor Kampus (AnTV) merujuk pada sikap keblinger tersebut. Toh dari ajang tersebut ternyata dewasa ini tidak mampu melahirkan bakat-bakat baru pelawak yang patut dibanggakan.

Menurut Prof. Sudjoko, yang paling utama untuk digenjot kreativitasnya adalah para penulis lakon. Sebuah tantangan berat. Karena selama ini penulis, seperti halnya sosok almarhum Arwah Setiawan, tidak pernah masuk pikiran dan bayangan bangsa kita tentang pembanyol.

Semua yang kita kenal sebagai pelawak, badut, bodor, klontangan, ludruk dan sebagainya adalah pelakon, orang panggung, orang tontonan. Mereka itu bukan penulis, bukan sastrawan. Dalang juga bukan penulis. Semua (mereka itu) tidak mampu menulis.

Merujuk tingginya ketidakmampuan menulis dan tingginya budaya mohbaca (istilah unik dari beliau yang juga seorang munsyi, ahli bahasa) sebagai akibatnya canda bangsa Indonesia sehari-hari cuman sentilan, olokan dan ejekan lepas-lepas. Dan supaya tawanya sering, banyak olokan cuma dibuat-buat saja, tanpa ditopang oleh akal pikir atau renungan.

Tayangan komedi model tayangan Extravaganza di TransTV, misalnya, jelas merupakan tayangan yang mencerminkan kebanalan atau kedangkalan bangsa ini seperti yang disinyalir oleh almarhum sejak lama itu. Sampai kapan ada perbaikan dan kemajuan ?

Selamat jalan, Pak Djoko. Semoga Anda kini damai dan sejahtera di sisiNya.


Bambang Haryanto
Jl. Kajen Timur 72 Wonogiri 57612
Warga Epistoholik Indonesia


Catatan : Tulisan ini dengan penyuntingan telah dimuat di kolom Surat Pembaca Harian Kompas Jawa Tengah, Selasa, 5 September 2006.



ke

1 comment:

  1. lalu anda sendiri bisa tidak menjadi penulis handal untuk membuat para pelawak menjadi cerdas atau paling tidak anda menjadi team kreatif untuk sebuah group lawak?

    ReplyDelete