Thursday, September 01, 2005

Komunitas Komedi Indonesia, Komunitas Pemuja Setan ?

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner@yahoo.com



Intelijen Yang Legal. Apa yang terjadi bila satu bus penuh turis Jepang dibajak teroris ? Polisi akan memperoleh 50 foto diri teroris bersangkutan dari pelbagai sudut pandangan.

Lelucon ini hanya ingin menunjukkan kegetolan turis Jepang yang kemana-mana selalu memotret obyek wisata yang mereka kunjungi. Ternyata kebiasaan unik dan hebat dari turis Jepang tersebut bukan hanya itu.

Menurut Harry Davis, Wakil Direktur Program MBA di Sekolah Bisnis Universitas Chicago, Amerika Serikat, turis-turis Jepang itu juga membawa-bawa bloknot. Mereka mencatat hal-hal khusus yang dapat mereka amati dari pelbagai penjuru dunia yang mereka kunjungi.

Mereka melakukan tindak intelijen secara legal. Mereka sedang mengumpulkan data. Pelbagai data itu diolah dan dijadikan pertimbangan dalam menghasilkan produk yang diekspor Jepang ke seluruh dunia. Demikianlah produk-produk Jepang mampu membanjir dan mampu memenuhi kebutuhan pasar di pelbagai sudut dunia.

Menurut Harry Davis, kebiasaan model turis Jepang itu harus dimiliki oleh setiap insan yang produktif. Utamanya dalam mengembangkan dan mengasah keterampilan melakukan observasi. Kepada mahasiswa MBA-nya, seperti dikutip koran USA Today (12/2/1992), ia anjurkan agar mereka selalu membawa-bawa bloknot sepanjang waktu.

Dengan demikian mereka setiap saat dapat menulis dan mengawetkan hasil observasi dan ide-ide seputarnya, yang sangat bermanfaat bagi pekerjaan atau pun peningkatan kualitas kehidupan pribadinya.


Jaring Aman Pemain Akrobat. Bagi kalangan penulis, catatan atau jurnal, adalah sebuah keharusan. Susan Shaughnessy dalam bukunya Walking on Alligators : A Book of Meditations for Writers (1993) yang edisi bahasa Indonesianya berjudul Berani Berekspresi : Buku Meditasi Untuk Para Penulis ( 2004), menuliskan nasehatnya :

“Seorang penulis tanpa jurnal bagaikan pemain akrobat yang meniti tali tinggi tanpa jaring pengaman. Sebuah jurnal akan membantu Anda membuang rasa bersalah karena menyela pekerjaan Anda dengan pemikiran usil yang datang mendesak, namun tidak relevan. Pemikiran seperti itu bisa masuk ke dalam jurnal Anda. Di tempat itulah mereka diam menunggu sampai Anda mengunjungi kembali dan mengayak emasnya.”

Menyediakan jurnal, demikian nasehat Susan lebih lanjut, berarti menyediakan tempat bagi Anda untuk berlatih dan bereksperimen. Itu menunjukkan kesungguhan Anda dalam menanggapi bakat Anda dan perkembangannya.

Pada bagian lain dari bukunya itu Susan menambahkan, betapa ide datang pada saat-saat yang menjengkelkan. Dan mereka tidak bisa terus digenggam. Jika ide-ide terbaik kita muncul ketika sedang memandikan anak yang rewel atau sedang mengendarai mobil menuju suatu pertemuan yang sangat penting, tidak praktis jika kita berhenti untuk menulis.

Tetapi, katanya, kita bisa membuat catatan. Kebiasaan itu bisa dibentuk. Catat dalam pikiran, jika perlu, tetapi yang dituliskan merupakan cara terbaik. Entah di belakang sebuah amplop atau di dalam buku catatan khusus, bubuhkan selalu tanggal pada catatan Anda, dan beri label sesuai dengan nama proyek yang terkait dengannya.


Jurnal Sam Greenspan. Bagaimana pandangan para komedian terhadap jurnal semacam ? Kita bisa langsung mengintip jurnal atau buku harian Sam Greenspan, seorang stand-up comedian asal Los Angeles, Amerika Serikat, seperti tertuang dalam situsnya di Internet, 28/7/2005 :

· Penemuan ilmuwan Swedia menyatakan bahwa sepatu bertumit tinggi dapat mengakibatkan wanita pemakainya mengalami gangguan mental.

· Sebanyak 42.9 persen penduduk Virginia Barat copot 6 atau lebih giginya tahun lalu akibat kerusakan gigi atau penyakit gusi dan merupakan negara bagian tertinggi yang penduduknya mengalami ancaman keompongan, sementara Kentucky menduduki peringkat kedua (38.1 persen) dan Hawaii duduk di peringkat terbawah (13 persen).

· Kucing tidak bisa menikmati makanan yang manis-manis.

· Wabah yang disebut Kematian Hitam (Black Death) yang menyerang dunia pada tahun 20-an, mengakibatkan penderita mengalami pendarahan di bawah kulit hingga berubah menjadi hitam. Wabah itu masih bisa mengancam dewasa ini, tetapi bila dapat dideteksi dengan pengobatan modern maka peluang sembuhnya sebesar 85 persen.

· Kelompok sirkus Ringling Brothers dan Barnum & Bailey menyediakan dana 180 ribu dollar untuk menanggulangi penyakit herpes yang menyerang gajah-gajah, yang merupakan ancaman kesehatan terbesar bagi gajah-gajah Asia dewasa ini.

· Wanita rata-rata menghabiskan waktunya untuk belanja 35 menit tiap harinya dalam sepanjang hidupnya. Bila dihitung secara total seorang wanita menghabiskan waktu berlanjanya selama 651 hari, sepanjang 24 jam sehari, atau hampir 2 tahun dalam sepanjang hidup mereka.

· Terdapat spesies lintah yang hidup dalam anus Kuda Nil.


Komunitas Pemuja Setan ? Jurnalnya Sam Greenspan berisi hal-hal yang nyata dalam kehidupan masyarakat. Ia mencatatnya, dan saya yakin, suatu saat yang tepat bahan-bahan itu dapat ia asah menjadi materi lawakannya.

Bagaimana komedian-komedian Indonesia menyikapi mengenai pentingnya jurnal bagi pengembangan kiprah kreatif mereka? Terus terang, saya tidak tahu “jeroan” atau dapur mereka. Tetapi bila Anda mau sekilas-lintas melongoki sajian acara berbau komedi di televisi-televisi kita selama ini, Anda kiranya akan segera memperolah jawabannya.

Bercermin dari beragam acara yang tidak henti-hentinya berniat melucukan hantu, setan dan juga tuyul itu, baik ketika kelompok Bajaj tampil dalam API 1 (Lawakan Tidak Konkrit, Bajaj Jeblog Jadinya) sampai kelompok musik humor TeamLo Solo pun berkostum setan di acara TPI baru-baru ini, membuat kita mudah menerka apa kira-kira isi jurnal (kalau pun ada dan punya atau isi kepala) para kreator tayangan komedi tersebut.

Kira-kira saya, jurnal mereka pasti penuh hal-hal yang menyangkut setan. Boleh jadi, mereka-mereka memang setiap hari intensif berinteraksi dengan setan. Atau bahkan mereka adalah para pemuja setan !


The best humor is based on truth. Humor terbaik harus berlandaskan pada kebenaran. Realitas nyata. Demikian ajaran suci dari Gene Perret, penulis kepala untuk komedian legendaris Bob Hope. Baik untuk premis sampai eksekusi, atau punchline-nya.

Merujuk hukum Perret di atas, maka kita boleh kiranya bertanya-tanya : pelbagai acara komedi yang menghadirkan hantu, setan dan juga tuyul di televisi itu sebenarnya ditujukan untuk audiens hantu, setan dan juga tuyul & company, atau untuk manusia ? Atau untuk hantu, setan dan juga tuyul & company yang berwujud manusia ?

Bila memang untuk konsumsi hiburan bagi kaum hantu, setan dan juga tuyul & company, baik yang beneran atau yang berwujud sebagai manusia, maka pantaslah bila komedi-komedi di televisi kita itu digagas dan diciptakan dengan sama sekali tidak berlandaskan pada kebenaran. Klop, bukan ? Sejak kapan setan ditakdirkan sebagai pembela kebenaran ?

Tayangan-tayangan itu mungkin mampu membuat kaum setan tergelak-gelak. Tetapi kita ? Jelas tidak !


Wonogiri, 1-2 September 2005

No comments:

Post a Comment